· julianalimin · My Thoughts · 3 min read
Bersyukur akan kehadiran Sinetron
Sudah saatnya kita bersyukur atas kehadiran Sinema Elektonik atau Sinetron itu. Banyak anak muda yang mengutuknya atau mengutuk sutradaranya, kl saya lebih mengutuk produsernya. Tetapi knp harus disukuri?
Pertama Sinetron melatih kesabaran. Semua orang yang sanggup menonton sinetron mestilah orang yang sabar, bukan hanya karena plotnya yang ditarik sepanjang-panjang sampai-sampai kl bisa kejadian si A ketemu ama si B di ulur sampai 10 episode. Yang si A dan si B hampir ketemu di rumah sakit atau mall atau apalah, tapi akhirnya ga jd krn yg satu keburu pergi atau mereka ga saling lihat dsb. Atau kl ada sebuah kejadian emosi wajah semua orang dlm ruangan harus di close up, sampai-sampai goresan make upnya yg tebalnya 5 cm harus terlihat jelas. Dan jangan sampai ada emosi yg tidak tertangkap, dari mulai bibir yg dijedusin sampai alis yg digerakkan. Dan terutama mata yg kalau bisa melotot sampai keluar.
Lalu sinetron mengajarkan kepada kita tentang pacaran. Mungkin kita bingung kapan saat yg tepat buat pacaran? Dan setelah menonton sinetron anak smp kita sadar kl dari kelas 4 sudah saatnya untuk pacaran. Ingat sinetron inikah rasanya ? Atau skrg sinetron yg ada putri dan gita gutawa, yg sepertinya udah cukup umur untuk nafsu pacaran (those young horny bitches). untungnya semua artis sinetron diberi pelatihan dasar KB dan alat kontrasepsi, yang menjelaskan knp jarang terdengar kabar pemain sinetron ingusan MBA. Atau mungkin krn yg cewe masih kecil dan belum menstruasi, kalau mereka berhubungan ga masalah? Hmm itu juga masuk akal. Question, ada yang anggap Agnes Monica dan Bunga Citra Lestari masih perawan ? Mereka sama perawannya dengan Madonna saat syuting video clip “LIKE a virgin”, dengan “LIKE” sengaja di huruf tebal. Dengan foto-foto bunga yang beredar di internet, kita mudah mengasumsikan bahwa ia dapat disewa, dengan harga yang tepat tentu.
Sinetron membuat sadar bahwa kita masih harus banyak belajar. Coba nonton Sinetron dan kita sadar bahwa pembuat Sinetron itu Bodoh. Dan pemainnya ga becus. Sehingga kita menjadi semangat belajar. Coba lihat acara Gol (Tamara Blezinsky) atau Olivia (ini bener-bener copy-paste beneran), emang orangnya bisa main Bola ? Dulu g punya teman lihat Ari Wibowo main di Sinetron Laga, katanya :
Gile g dipenjara 10 tahun, terus g lihat Ari Wibowo berantem, kl g ketemu sekali hantem mampus tuh anak. G mau jadi pemain Sineton biar g tunjukkin gimana caranya berantem !
Gile temen g serem banget, wajar dia emang baru keluar penjara (ironisnya dia tahun itu dipenjara lagi karena kepemilikan senjata illegal).
Tapi, hati-hati. Bayangkan setelah lelah bekerja seharian. Kepala suntuk. Kita pulang ke rumah dan menyaksikan Sinetron yang ceitanya berulang-ulang. Satu-satunya hal yang kepikiran adalah minum Baygon.
Stress di Kantor + Stress Kehidupan + Stress Sinetron = Keinginan untuk Bunuh Diri yang tinggi
G ga benci semua acara Indonesia. Ada Film yang membuat g kagum, seperti Denias. Ceritanya bagus dan mengharukan, g acungin Jempol 5 (Yang satu pinjem punya teman hehehe). Eliana eliana dan Janji Joni membuat kita berpikir kalau Indonesia masih memiliki harapan untuk berkembang. AMIN.
Hidup perfileman Indonesia, dan semoga bisa berkembang ! Semoga juga g bisa jadi bagian darinya. AMIN