· julianalimin · Curhat  · 3 min read

I would hate to Loose U, but i would hate myself to keep u for myself

Dear Pengunjung,

Dalam hidup pasti ada yang namanya perpisahan. ada perjumpaan ada perpisahan, itu sudah takdir dan tidak dapat dicegah. Yang ingin g bahas dalam Postingan g kali ini adalah kehilangan rekan kerja dalam satu perusahaan.

Dulu waktu g baru mulai masuk ke dunia kerja, setiap kali ada teman yang resign g benar-benar merasa terpukul. Apalagi kalau yang keluar adalah orang yang sangat dekat dengan g. Ada yang g anggap Kaka, ada yang g anggap mentor, bahkan g nemuin sahabat karib.

Cara orang berhenti itu bisa bermacam-macam, ada yang berhenti karena punya masalah romansa sehingga merasa tidak lagi dapat kerja karena pihak yang lain mempengaruhi teman-temannya, ada yang karena ingin mencari kesempatan yang lebih, ada yang dikeluarkan karena ada kasus, dan ada yang kontraknya tidak diperpanjang. Bermacam-macam, dan bila Turn Over di suatu perusahaan itu tinggi, tiba-tiba saat perekrutan anak baru dimulai, lo sadar ga ada yang lo kenal. Lo merasa begitu kesepian.

Dulu g selalu mencegah orang untuk Resign, g kasih mereka alasan kenapa mereka harus bertahan dsb. Namun dengan bertambahnya usia, wawasan, dan pangkat yang lebih tinggi (percayalah pangkat mengubah cara lo mandang dunia). G mulai sadar kalau masing-masing orang itu ada jalannya sendiri. Lo ga bisa paksakan orang untuk ikutin jalur lo, karena rejeki dia, hoki dia belum tentu ada di jalur lo.

Misalnya g di perusahaan A dapat dalam waktu 1,5 tahun menjadi orang yang dipercaya, tapi di perusahaan B belum tentu dalam 5 tahun ada yang mandang kemampuan g. Dan misalnya perusahaan memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak lo, itu bukan berarti lo ga bagus. Tapi artinya, lo bagus namun tidak berada di posisi yang sesuai dengan kompetensi lo. (Iya g sadar, g mulai berbicara seperti pakar HR)

Bukankah lebih baik bagi lo, kalau lo berada di posisi yang pas dengan kompetensi lo? Apakah lo lebih milih bertahan di perusahaan A, dimana gaji lo cuman dinaikkan 200rb + Inflasi per tahun karena lo dianggap kurang menghasilkan bagi perusahaan, atau lebih baik lo keluar dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan lo. Ini ada cerita, Mr. K. Dia itu menjadi Programmer, namun ga cocok. Akhirnya dia hanya diberi pekerjaan yang ringan-ringan aja, alhasil salary increment dia berdasarkan produktifitas yang ringan-ringan itu. Pas dia memutuskan untuk keluar, beberapa tahun kemudian dia udah jadi Marketing Manager di perusahaan yang cukup bagus.

Nah, masalah teori keluar mungkin hal yang baik, ya itu tetap saja hanya teori. Pada kenyataannya saat udah tiba saatnya lo mesti melihat teman lo pergi, kata-kata terakhir diucapkan, senyum terakhir dilepaskan, lelucon terakhir dikatakan, dan air matapun dikucurkan.

Back to Blog