· julianalimin · My Wedding · 3 min read
Mengurus Undangan – Undang Siapa?
Gue ga menyangka bahwa banyak sekali yang harus diurus pada saat ingin melangsungkan pernikahan. Jadi gue mau coba untuk share masing-masing hal kepada kalian sambil menunggu Count Down Hari-H. Kali ini akan membahas Undangan.
Pertama-tama bicara masalah undangan sama Indah yang kepikiran adalah bahwa bentuknya harus Cute banget (tentu ini permintaan Indah) tapi tetap gokil dan kocak (ga perlu disebutin ini ide siapa…). Ide dari gue, di covernya gue pakai baju Spider-Man tanpa masker bergelantungan terbalik ngasih bunga ke indah yang pakai Wig warna merah. Tapi herannya saat gue menyampaikan ide tersebut wajah Indah tidak menampilkan ekspresi sehingga gue tidak pernah menyebutkan ide tersebut lagi… Ide dari Indah ada foto lucu dimana gue ngasih Indah bunga dan dia berwajah senang dan sudutnya dari depan dan belakang.
Banyak ide yang bermunculan, namun kalau dipikir-pikir rasanya undangan tersebut hanya dipakai satu kali dan ujung-ujungnya dibuang saja. Menurut kita tidak worth it, jadi kita buat undangan yang simple aja yang sudah didapatkan dari paket pernikahan. Tanpa foto, hanya tulisan saja.
Dilemma berikutnya adalah bagaimana cara pembagian undangan tersebut? Abdi dulu berkata bahwa
Undangan itu prioritas utamanya orang tua. Tanya mereka berapa undangan yang mereka butuhkan dan kita akan dapat sisanya.
Makanya gue tanya kepada orang tua mereka ingin mengundang berapa. Namun masalahnya jika mereka ingin mengundang lebih banyak atau hanya menyisakan beberapa undangan saja untuk kita bagaimana? Tidak masalah, karena pernikahan itu kan saat dimana orang tua melepas kita dan mereka ingin membanggakan kepada semua orang peristiwa tersebut. Kita harus rela dengan berapapun undangan yang tersisa.
Pertanyaan paling sulit adalah bagaimana dengan semua sahabat, kawan yang pernah kalian kenal? Atau teman kantor (dan Klient mungkin)? Apakah akan diberikan satu-satu? Jika diberikan secara kolektif apakah mereka akan tersinggung? Ditelepon saja apakah cukup? Atau diberikan secara elektronik aja (Facebook, Email, BBM)? Atau cukup dikasih tahu secara lisan aja?
Hal terakhir yang gue inginkan adalah membuat seseorang tersinggung
Gue coba kembalikan kepada diri gue sendiri. Apakah gue akan tersinggung? Lalu gue melihat ke masa lalu. Saat ada teman dekat menikah dan dia menghubungi gue nanya harus mengantar undangan kemana. Gue selalu jawab, gue kan temen dekat lo jadi ga usah pakai undangan juga gue pasti datang. Sama halnya jika ada undangan kolektif bertuliskan Lantai 3 atau teman Kampus. Gue usahakan untuk datang, tapi jika ada orang yang memberikan extra effort untuk mengantar undangannya atau ada undangan bertuliskan nama gue, maka ada perasaan “Ohhh, gue dihargain ya.” Dan ada perasaan senang sekaligus bangga. Nah, uniknya perasaan yang sama gue alami pada saat gue di Buzz oleh yang mau nikah lewat YM, Skpe, Facebook Chat atau jika diundang by email. Jadi gue putuskan untuk menggunakan media yang bisa mencapai mereka dengan urutan Elektronik dulu baru yang conventional. Gue cuman bisa berdoa yang diundang tidak tersinggung.
Nah, kembali lagi dari prinsip undangan. Tujuannya adalah untuk mengundang orang datang ke acara kita (sudah jelas kan). Bagaimana jika yang diundang berhalangan? Apakah gue akan tersinggung jika mereka tidak memberikan kabar? Jawabannya tidak. Cara berpikir gue simple.
Harapan pertama adalah doa dan restu yang ikhlas TAPI bisa melihat wajah kalian dan membagi hari bahagia gue adalah BONUS yang LUAR BIASA
Jadi doa dari kalian sudah lebih dari cukup. Tentu ini tidak berlaku untuk anggota Keluarga. Bayangin Nyokap bilang, aku doain aja ya 😐.
PS: Mulai sekarang g diubah menjadi gue atas saran dari Muhajir 😁