· julianalimin · Past Romantic Stories  · 3 min read

Menangislah di Pundakku

Sekali lagi g habisin waktu di Wartel gw seorang diri. BT bener. Gila, g benci ama cinta. Setiap hari g berdiri di depan wartel nengok ke kanan, nengok ke kiri. Ga brani ninggalin tempat, bahkan untuk ke kamar mandi. Siapa tahu dia lewat depan wartel dan g ga lihat dia hari ini. G butuh ngelihat dia minimal satu kali setiap hari! Jika tidak, g ga akan bisa tidur pada hari itu.

Dia datang 😊. Aduuuh g senang bangeeet. Tapi dia ko ga nyapa g ya? Udahlah yang penting g bisa lihat dia hari ini. Pada saat mata g tertuju pada monitor Wartel, g lihat dia telepon mantan pacarnya. Dada g terbakar. Biarkanlah. Dia kan tahu g sayang ama dia, tapi kenapa dia telepon mantannya? Di Wartel g pula? Apa dia benar-benar ga bisa hargain g sama sekali?

Setelah 5 menit berlalu, dia menutup telepon. Dan suara yang menyayat hati terdengar dari Kotak Wartel. Ada apakah? Dia menangis. G masuk ke dalam kamar Wartelnya.

Julian : Ada apa Asti?

Tapi dia tetap menangis. Aduhh, g mesti gmn? Dia diapain ama si Erik?

Julian : Sini. Ayo berdiri.

Dia berdiri. G peluk dia.

Julian : Ada apa? Udah kuat cerita belum?

Dia tetap membisu.

Julian : Katanya, kalau lo ada masalah lo suka gigit ibu lo, waktu lo masih kecil. Sini gigit pundakk g.

Dia mengigit pundak g. Rasanya sakit, tapi g tidak perduli. G ingin ikut merasakan rasa sakit yang dia rasakan. G ingin mengambil rasa sakit yang dia rasakan. Biar g aja yg rasakan, dan dia bisa tersenyum lagi.

Setelah beberapa menit dia sepertinya udah tenang.

Julian : Ada apa say?

Asti : Si … Si Erik. Dia marah-marah tadi.

Julian : Kenapa?

Asti : G kan telepon dia … Cuman mau tahu kabar dia. Mau tahu dia gmn. Dia malah marah-marah. Bilang gara-gara g hidupnya hancur. Dia mau bunuh diri.

Julian : Ko lo dulu mau sih ama cowo kaya gitu. Kaya anak kecil aja (g katakan sambil tersenyum). Udahlah, itu bukan masalah lo lagi kan.

Asti : Tapi dia mau bunuh diri… Gara-gara g.

Julian : Itu hanya usaha diabiar bisa balikan ama lo. Asti, kalau dia bunuh diri beneran, itu karena dia cowo bodoh tanpa pendirian. Dia berusaha membuat lo kembali padanya, dengan cara memaksa lo peduli lagi kepadanya.

Asti : …

Julian : Lo pasti haus kan? G lari ke warung sebentar buat beliin lo minum. Lo mau minum apa?

Asti : Air putih aja.

Julian : Ya udah, g beliin aqua botol deh.

G berlari secepat angin, untuk membelikan dia sebotol air aqua. Pas g kembali, sepertinya dia udah tidak sedih lagi.

Asti : Makasih ya aquanya. G langsung jalan pulang ya.

Julian : OK, istirahat ya. Ga usah pikirin erik lagi.

G berdiri di depan wartel, sambil melihat dia jalan pulang. G ga bisa alihkan mata g dari dia. Dia cantik banget, I Love Her.

Namun hati g mulai gundah. Dia tahu g sayang sama dia, tapi kenapa dia datang ke Wartel tanpa nyapa g. Dan malah telepon mantan pacarnya? Apakah dia benar-benar tidak menghormati g sama sekali? Sebetulnya apakah dia juga merasakan hal yang g rasakan?

5 tahun sudah berlalu. Kini g rasa g ga pernah dianggap pacar sama dia. Hanya teman untuk singgah

Saat dia bermasalah dengan pacar-pacarnya. G adalah teman curhat dia, g teman ngobrol dia, g teman yang memberikan pundak untuk bersandar, dan pundak untuk menangis.

Mungkin dia sendiri tidak tahu apa artinya cinta. Tapi g ga pernah menyesal memberikan pundak g, sebagai tempat dia menangis, dan akan g lakukan lagi bila memang diperlukan.

Back to Blog